This website has been available since May 5, 2010 and it is dedicated to the success of the education process at UPT SD Negeri 117 Gresik Ex SDN SIRNOBOYO Kec. Benjeng Kab. Gresik East Java Province, Thanks to Allah SWT. Website ini ada sejak tanggal 5 Mei 2010 dan didedikasikan untuk keberhasilan proses pendidikan di UPT SD Negeri 117 Gresik Ex SDN SIRNOBOYO Kec. Benjeng Kab. Gresik Provinsi Jawa Timur, Thanks to Allah SWT.

7 Trik Hadapi Anak Yang Ngotot

sumber : http://www.tabloid-nakita.com/

Mungkin saja penyebabnya lapar mata. Sabar, ada kiat bijak menghadapinya, kok.
“Mama, beliin aku anjing buldog ya!” pinta Kayla. Sang bunda melirik putrinya yang berusia 4 tahun sambil tersenyum. “Boleh, tapi nanti kalau Kayla sudah SD ya!” “Enggak mau! Maunya sekarang. Ayo Ma, kita beli sekarang!” Sudah beberapa minggu ini, Nadia dipusingkan dengan permintaan Kayla yang ngotot banget dibelikan anjing buldog. Bukan jenis anjingnya yang jadi masalah, tapi kengototan si kecil kala meminta sesuatu itu lo. Anjing hanya salah satu permintaannya. Sebelum itu, Kayla pernah ngotot sampai nangis-nangis minta dibelikan biola (padahal menurut Nadia, anaknya masih kecil untuk belajar menggesek biola). Beberapa bulan lalu, ia juga minta dibelikan kelinci warna pink. “Pusing deh
aku kalau Kayla udah minta sesuatu. Ngototnya bukan main sampai nangis-nangis segala!” Nadia sampai mengibaratkan kalau anaknya yang duduk di TK A itu meminta sesuatu, itu sudah harga mati alias wajib dikabulkan, tidak boleh tidak. Kenapa sih si prasekolah bisa seperti itu?
Dari kacamata psikologi, menurut Naomi Soetikno, Psi., anak usia ini masih dalam masa egosentrisme, dimana dia menilai segala sesuatu dari sudut pandangnya saja. Alhasil, ketika menginginkan sesuatu, minta dituruti. Anak prasekolah juga rasa ingin tahunya demikian besar sehingga ketika tertarik pada sesuatu ia bersikeras mendapatkannya.
Faktor lainnya, anak usia ini mulai lebih berani untuk mengekspresikan diri atau mengemukakan bahkan mempertahankan pendapatnya. Bahkan, dia juga sudah bisa membuat keputusan sendiri. Alhasil, jangan heran kalau dia akan “memperjuangkan” agar keinginannya terkabulkan.
Si prasekolah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Misalnya, bila temannya punya sesuatu yang baru dan bagus, dia pun ikut-ikutan ingin memilikinya. Terlebih anak usia ini juga memang masih tergolong suka “lapar mata” pula alias selalu ingin mendapatkan apa yang ada di depan matanya. Ujung-ujungnya, dia akan menggebu-gebu demi mendapatkan apa yang diingikannya.
Tentu orangtua kelabakan juga bila si anak selalu minta keinginannya dikabulkan segera. Kalaupun kita coba bujuk, misalnya,”Nanti saya ya Sayang. Ibu lagi enggak bawa uang, besok aja deh.” Alih-alih supaya anak lupa akan keinginannya, malah sebaliknya dia tak henti-hentinya menagih “janji”. Jadi, tetap saja kemauannya harus segera dipenuhi.
7 JURUS AMPUH
Karena belum dapat mengontrol keinginannya, si prasekolah selalu bersikeras, agar permintaannya mesti dikabulkan seketika. Dia belum bisa menunda keinginannya. Lantaran itu, kita mesti mengajarkan bagaimana supaya hal itu tak menjadi keterusan dan tak berdampak negatif terhadap perkembangan kepribadian si anak. Apa saja yang perlu dilakukan? Berikut di antaranya:

1. Jangan dituruti walau si kecil menangis
Kala si prasekolah ngotot memperjuangkan keinginannya sampai tantrum, seperti nangis-nangis, berteriak atau bahkan berguling-guling, tak perlu dituruti. Apalagi jika ia sudah diberi penjelasan namun tak bisa mengerti keadaan orangtua. Kalau orangtua “menyerah” (karena tak tahan mendengar tangisannya, misal) lantas mengabulkan keinginan anak, ia akan berpikir, “Ah, nanti kalau minta sesuatu, aku nangis aja yang keras, pasti dikabulkan kok.”

2. Buat skala prioritas
Kenalkan konsep skala prioritas pada si prasekolah dalam bentuk yang sederhana. Cara ini memungkinkan anak belajar menentukan apa yang betul-betul diinginkannya dan menyadari kalau permintaannya tak selalu bisa didapat. Contoh, bila dia tertarik pada suatu mainan, coba identifikasi apakah mainan itu sebenarnya sudah dimilikinya. “Kakak kan sudah punya mainan seperti itu. Coba deh ingat-ingat lagi. Lagi pula Kakak kan sedang membutuhkan pensil warna untuk lomba menggambar. Yuk kita cari yang Kakak butuhkan saja.” Sederhananya, prioritaskan kebutuhannya, bukan keinginannya.

3. Ajarkan menunda keinginan
Jelaskan bahwa tak semua yang ia mau harus didapat. Umpama, karena ayah tak punya uang, jadi tak bisa membelikan mobil-mobilan. Kalaupun dia tetap bersikukuh, jelaskan bahwa mainan itu harganya mahal. “Wah, harganya mahal, Nak. Ibu tak punya uang sebanyak itu.” Diharapkan anak terlatih untuk bisa menunda keinginannya. Sekaligus anak juga belajar berempati. Paling tidak dia belajar merasakan bahwa orangtuanya sedang tak punya uang yang cukup sehingga tak bisa membelikan apa yang ia mau.
Selalu memenuhi keinginan anak justru memiliki dampak negatif, yakni akan membuat egosentrismenya kian menjadi. Ia jadi menganggap, segala sesuatu bisa didapatnya hanya dengan rengekan. Selain jadi konsumtif, anak pun sama sekali tidak belajar mengasah kemampuannya memilah-milah sekaligus menentukan pilihan. Akibatnya, ia terbiasa gemar membeli barang-barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan.

4. Jangan “obral” janji
Terkadang kita berusaha mengalihkan perhatian dengan cara mengumbar janji. Misal, “Nanti saja deh, kalau Ibu sudah punya uang, pasti Ibu beli.” Atau. “Besok saja ya, soalnya Ayah lagi buru-buru nih.” Tapi janji tinggal janji, kemauan anak tak terpenuhi juga. Alhasil, anak menagih janji sampai kita benar-benar mewujudkannya. Jadi, jangan mengobral janji dan jangan beranggapan kalau anak mudah dibohongi. Anak justru akan kecewa bila diberi janji kosong. Bila hal ini terjadi berulang kali anak tak percaya atau respek pada orangtua.

5. Tepati bila berjanji
Bila kita sudah kadung berjanji maka kita harus menepatinya. “Mama kan janji mau membelikamu boneka kalau
sudah ada uangnya.” Kalimat ini menunjukkan kalau kita benar-benar menepati janji. Bila ada kesesuaian antara janji dengan kenyataan maka anak pun akan belajar untuk menepati apa yang diucapkannya.

6. Jangan dimarahi
Terkadang orangtua juga jadi kesal karena selalu dituntut oleh sang anak seperti itu. Alhasil, malah marah atau justru diam tak menggubris kemauan anak. Tanpa ada penjelasan kenapa kita marah atau tak mau menanggapinya. Lantaran itu, justru anak jadi merasa tak diperhatikan. Anak jadi bertanya-tanya, “Kenapa ya, mama jadi marah begitu?” Jadi sebaiknya jelaskan saja alasannya kenapa kita tak segera mengabulkan permintaannya. Toh, dengan bahasa yang mudah dipahaminya, anak pun bisa mengerti juga.

7. Ketahui alasannya
Yang jadi persoalan juga, ketika menginginkan sesuatu, dia begitu ngototnya. Tapi, setelah didapat apa yang dimaunya, dia malah cuek dan beralih pada hal lain yang lebih menarik. Jadi, dia tak memedulikan lagi apa yang sudah didapatnya itu. Bila itu yang terjadi, tanyakan padanya, “Tadi kamu sampai nangis-nangis minta mainan itu, tapi kok sekarang disimpan di kotak mainan. Kenapa?” Dengarkan alasan si prasekolah, mungkin dia belum bisa memainkannya atau mungkin sebenarnya dia memang benar-benar tak terlalu suka dengan mainan itu. Atau misalnya, ketika dia minta dibelikan makanan tertentu, dikiranya enak ternyata rasanya pedas. Maka ketahui dulu alasannya menginginkan sesuatu. Lalu katakan, “Janji ya, mainan yang kamu minta betul-betul terpakai. Kalau tidak, besok-besok tidak beli lagi.” Jika kesepakatan dilanggar, anak boleh diberi sanksi, umpamanya tidak ke kebun binatang di akhir minggu, atau tidak nonton acara kesukaannya di malam hari.
Hilman Hilmansyah.
Labels: ARTIKEL

Thanks for reading 7 Trik Hadapi Anak Yang Ngotot. Please share...!

2 comments on 7 Trik Hadapi Anak Yang Ngotot

  1. kalo masih bandhel, hajar ja tuh, wkkkkkkkkkkkkkkkk

    BalasHapus
  2. wah... jangan dong mas, kejem banget sih....

    BalasHapus

Beri Komentar yang membangun, tidak berkata kotor dan tidak berbau sara!!!

Back To Top